Iman/nekat/logika/hikmat?

Cover FinalSelasa, 8 Oktober
Kemarin, MA sudah menginformasikan kakak untuk membawa Mama ke RS maksimalis tanggal 10, untuk persiapan/pengecekan sebelum tanggal 14 Oktober di-bypass. Thank God.

Mama sudah di rumah sejak semalam. Tapi pagi ini…

Tangan Mama terjatuh sewaktu memegang gelas untuk kumur-kumur gosok gigi. Mama terlihat agak “down”. Aku diam saja tidak berkomentar atau bertanya kenapa. Yang aku tahu, penyumbatan di pembuluhnya sudah harus segera disolusi.
Setelah gelas kutaruh di meja, Mama minta minum madu, baru minta kumur lagi. Kali ini, gelasnya kupegangi. Lalu Mama rebahan lagi, dan kutinggal mandi.

Selesai mandi, kutawari Mama duduk di ruang tamu.
“Ya. Daripada di kamar,” katanya.

Mungkin karena melihatku sudah bersiap mau ke kantor, Mama minta bubur gandum yang dengan cepat dihabiskannya. Aku “mewarnai” wajah beberapa menit, lalu menyiapkan obat. Tidak lama Mama minta obat. Tapi…

Baru saja memasukkan pil-pil yang jumlahnya memang banyak ke dalam mulut dan minum air, Mama seperti tersedak. Batuk-batuk, lalu muntah. Waduuhhh…
Aku buru-buru minta tissue. Papa buru-buru mengambil baskom, dan memberikan tissue. Aku pijit-pijit tengkuk Mama. Di baskom terlihat obat-obatnya masih utuh, keluar lagi. Ada juga terlihat menu makanan yang semalam Mama makan dengan lahap sepulang dari RS.

Mama tidak mau kembali ke kamar. Ya sudah. Kutinggal ke kantor. Pasrah sama Tuhan.

Kerjaan di kantor agak “mengerikan”, ada klien yang bawelnya minta ampiun. Aku cuma bisa berdoa selagi menunggu konfirmasi dari bagian tiket. Thank God, ada titik terang. Aku bisa tersenyum lagi.

Sesampainya di rumah, kulihat Mama sedang dipijat.

Sempat-sempatnya kami bercanda di group chat.
“Ngapain diet OCD! Diet ICD aja, 1 bulan aku turun 6 kg!” kata adikku.
Ya! 1 bulan mengurus Mama, fisik dan pikiran pasti terkuras. Biaya pasang ICD yang salah satunya membuat berat badan kami semua turun. Kakakku turun 3 kg. Aku cuma 2 kg. Adikku yang paling kecil 6 kg. Kami punya metode sama. Diet ICD namanya. Just kidding… kami (masih bisa) tertawa-tawa, walaupun permasalahan belum selesai.

Traumaku di RS minimalis, merasa di-pingpong dan tidak dijelaskan secara informatif, apakah tidak mungkin terulang lagi di RS maksimalis? No one knows. No one can guarantee. Kami cuma bisa berdoa dan mengandalkan Tuhan.

Mama berharap tidak perlu melalui bypass. Berkali-kali cerita bahwa dokter mengatakan, “Nggak apa-apa kok ini!”

Kami mendukung saja, tapi kami juga harus menjalani proses yang sudah dijadwalkan di RS baru… Kadang iman atau nekat atau logika atau hikmat atau yang lain, saling berjejalan mengisi pikiran dan hati ketika sedang dalam kondisi seperti ini. Jadi yang bisa kami lakukan adalah berdoa meminta mujizat Tuhan yang entah seperti apa bentuknya, berserah-menyerahkan semua rencana yang telah kami sepakati, dan tetap melangkah ke depan, melalui hari demi hari, dan proses demi proses!

About Inspirations

Hi. I am just an ordinary person who loves to write about life, faith, relationship, and love.
This entry was posted in Daily Journal, Life. Bookmark the permalink.

Leave a comment