Tulus

angry boyKata yang punya arti sangat menyenangkan, tidak punya agenda tersembunyi, apa adanya bukan ada apanya. Tulus. Selain itu saya juga suka sama penyanyi yang bernama Tulus. Lagu-lagu yang dia nyanyikan menyenangkan didengar telinga, begitu pun lirik-liriknya. Satu ketika dalam salah satu konsernya, terlihat ia mencoba memberi kode. Dia menepuk mic yang dipegangnya, lalu mengangkat jempol tangan kanan sambil terus bernyanyi. Kedua kali percobaan dilakukan, tapi sepertinya tidak ada perubahan. Setelah lagunya selesai, ia berdialog dengan penonton satu dua kalimat lalu meminta sesuatu agar “kode” yang ia sampaikan tadi dijalankan oleh soundman. Ah… akhirnya… keinginannya terpenuhi setelah beberapa kali gagal dipahami.

Sebagai mantan pemain musik di gereja, gaya-gaya dan kode-kode seperti itu seringkali dilakukan oleh pemimpin lagu di panggung. Entah kodenya ditujukan ke pemain drum, keyboard, atau soundman. Jadi agak-agak tanggaplah saya melihat gerak-gerik Tulus di konsernya tadi. Bedanya adalah, kalau Tulus bisa menyampaikan keinginannya secara baik-baik, bahkan setelah diabaikan dua kali ia tetap menyampaikan dengan baik. Sementara selama saya jadi pemain musik, ada saja (tidak semua) pemimpin lagu yang gayanya arogan, seolah jadi raja panggung yang sedang bertitah dan harus dituruti saat itu juga. Tidak jarang mereka menegangkan ekspresi muka, mengerutkan alis, membesarkan kelopak matanya, menunjuk-nunjuk ke atas dengan jempol kiri atau kanannya, menepuk-nepuk bagian telinga dengan telunjuknya berkali-kali, dan lain-lain.

Setengah curahan hati, tulisan ini saya buat. Tapi dasarnya adalah karena saya salut dengan pemimpin panggung, yang menurut saya cukup rendah hati untuk menganggap orang-orang lain di sekelilingnya juga punya peran sepenting dirinya. Dianggap sama rendah, sama tinggi. Bukan dia lebih tinggi, dan yang lain lebih rendah. Kalau ada yang ngambek karena tersinggung melihat kode-kode dan bahasa tubuh yang seharusnya tidak perlu seperti itu, lalu meninggalkan panggung, bagaimana? Sebaik apapun penyanyi, kalau tidak ada soundman yang mengatur besar kecil volume semua suara yang masuk dan dikeluarkan melalui speaker, memangnya acara nyanyi-nyanyinya bisa terdengar baik? Tentu tidak.

Pelajarannya adalah, kalau mau mendapatkan respek orang lain, lakukan dulu yang sama kepada orang lain.

To be continued…

About Inspirations

Hi. I am just an ordinary person who loves to write about life, faith, relationship, and love.
This entry was posted in Life. Bookmark the permalink.

Leave a comment