-
Recent Posts
- When what we love is not best for us
- Super Nanny
- Love is never enough
- Eye Shadow atau Alergi?
- Kaos Kaki Lima Jari Untuk Si Bunion
- Jasa Sedot WC – Pilih PAL Jaya!
- Rutinitas BAB
- Luncheon Asin
- Demensia lebih banyak dialami WANITA
- Karena Hidup Bukan Drakor
- Kalau Jodoh Seperti Velcro
- Hati-hati dengan Sepi
- Mujijat Setiap Hari
- Jiwa-jiwa
- Pemilu yang Banjir
- God Has Nothing to Prove…
- Matahari Bukan Tuhan
- Cerita Teman Lama
- Sepayungan Berdua
- Tulus
Blog Stats
- 52,862 hits
Categories
- Follow God, me and my diary on WordPress.com
Category Archives: Daily Journal
Eye Shadow atau Alergi?
Suatu hari, yang panasnya cukup terik, aku diajak jalan sama keponakan-keponakan ke area pantai indah berkapuk. Maka aku mewarnai bagian mata dengan eye-shadow warna pink yang baru saja kubeli. Sesampainya di sana, aku bertanya ke keponakan yang perempuan.
Posted in Daily Journal
Leave a comment
Rutinitas BAB
Malam itu aku sengaja menjauhkan bel dari jangkauan Papa. Karena selama ini, setiap butuh sesuatu kalau malam, meskipun aku tidur di kamar yang sama, tetap saja bel yang mengagetkan itu dia pencet.
Posted in Daily Journal
Leave a comment
Ada Terapi dalam Menulis
Setelah agak “sibuk” diluar rumah sejak Kamis, Jumat, Sabtu, maka hari Minggu saya memilih di rumah. Padahal setelah menjalani kehidupan diluar sana, dan menikmatinya, saya sebetulnya ingin juga keluar rumah hari ini. Tapi sudahlah. Bersantai saja dulu. Tapi memang betul … Continue reading
Posted in Daily Journal
Leave a comment
Kejadian di Bus TJ
Kemarin di bus TJ, saya tidak mendapat tempat duduk. Padahal, saya lihat ada 1 bangku kosong tapi di atasnya terlihat barang bawaan dari penumpang yang duduk persis di sebelah bangku kosong itu. Sementara di depannya berdiri seorang ibu, yang membuat … Continue reading
Berbicara dari sudut pandangnya
Tadi pagi, saya berkesempatan menelepon Mbak saya. Percakapan yang menyenangkan itu terjadi setelah saya belajar dari youtube Dementia Careblazers, with Dr Natali Edmond. Berbicara dengan memahami sudut pandang lawan bicara yang demensia akan membuat semuanya jadi jauh lebih nyaman.