“Kepercayaan” VS Kepercayaan

LAKSASaya baru tahu ada “kepercayaan” jika memberi barang tertentu kepada seorang teman sebagai hadiah ulang tahun, maka hubungan antar teman akan segera berakhir. Buat saya, sejak orangtua memutuskan untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi, orangtua mencontohkan hal yang sangat baik. Tidak pernah lagi kami sekeluarga percaya terhadap “kepercayaan-kepercayaan” seperti salah satunya hal di atas tadi. Kenapa? Sebab kami belajar dari orangtua kami betapa mereka hanya percaya dan memercayai Tuhan Yesus yang sudah memberi jaminan keselamatan sehingga tidak perlu lagi menakutkan hal-hal yang bersifat “hukuman” jika melakukan sesuatu hal. Kecuali dosa, tentu saja.

Salah seorang teman mengagetkan saya ketika ia berkata, “Eh! Nggak boleh lho ngasih hadiah ini ke temen. Jangan, jangan!”
Somehow, saya yang terkejut jadi agak tersinggung karena pemberian saya seolah sebuah kesalahan bodoh. Beberapa hari kemudian, dia mengirimkan sejumlah uang ke rekening sesuai “kepercayaan”-nya tadi, agar hubungan pertemanan tetap langgeng. Jadi uang tersebut yang akan “menyelamatkan” pertemanan yang bakal dirusak oleh kado ulang tahun yang saya berikan untuknya.

Tidak habis pikir dengan “kepercayaan” seperti itu, mengapa harus keluar dari seorang teman yang kalau bicara selalu “rohani”. Lebih “agamawi” ketimbang saya, kalau menurut saya. Tapi…

Ya sudahlah, betapapun saya sudah melarangnya untuk mentransfer uang yang katanya sebagai “syarat saja” agar pertemanan tidak rusak karena kado yang salah tadi, ia tetap melakukannya.

Ini membuat saya bersyukur memiliki orangtua yang punya prinsip hidup baik, yaitu memercayai Tuhan dan bukan sekedar agamawi saja.

To be continued…

About Inspirations

Hi. I am just an ordinary person who loves to write about life, faith, relationship, and love.
This entry was posted in Relationship. Bookmark the permalink.

Leave a comment