Koin di Atas Laptop

Cover FinalHari ini aku pulang ke rumah dalam tempo 30 menit. Lumayan, dibanding kemarin. Jalanan lancar. Hanya saja memang aku berkendara agak pelan. Aku mau bercerita soal apa yang terjadi kemarin, ketika aku terjebak macet. Itu satu. Lalu malam ini ketika aku akan membuka laptop.

Satu. Kejebak Macet.
Dalam perjalanan pulang, seperti yang kutulis di diary ku sebelumnya, pikiranku tidak terlalu peduli soal jalanan yang memang macet. Aku lebih peduli dengan “benang ruwet” yang sulit kuurai, mirip titik-titik macet yang susah diurai oleh Pemerintah dan Polantas yang bertugas. Dan aku pun mulai melakukan “sel-talk”, dalam bahasa Inggris yang lumayan kukuasai.

Kuutarakan ketakutanku, kekesalanku, kebingunganku, kemarahanku atas apa yang terjadi belakangan. (Untuk dicatat: persoalannya berada di luar rumah, bukan di dalam. Itu sebabnya aku sering merasa sangat bersyukur ketika kakiku menginjak lantai rumah. “Home sweet home..”. Di tempat ini aku merasa aman dan nyaman, walaupun sesekali tetap ada masalah. Tapi rumah orangtuaku, adalah the best place in this world, so far).

Back to my point….

During the self-talking, aku merasa ada Pribadi sangat bijaksana yang menasihatiku. Membuatku mulai tenang, setelah aku menangis, emotionally.

My private coach (as I consider him so), memberitahu bahwa aku butuh “quiet time”. Aku setuju. Hidupku begitu “bising” akhir-akhir ini, jawabku. Tapi aku tidak punya waktu untuk itu, sampai tiba pada waktu dimana aku terjebak kemacetan jalanan yang bisa dikata “no mercy” malam itu. Akhirnya…. My quiet time has come.

Something supranatural yang aku percaya pasti datang dari Tuhan, membuat emosiku mulai terkendali. Move forward. Melangkah maju, cuma 1-1nya pilihan yang bisa kulakukan.

Aku diingatkan tentang Daud. Dia punya kebiasaan “mencari kekuatan dari Tuhan” setiap kali masalah besar menerpanya. Bahkan ketika dia nyaris dilempari batu oleh pengikutnya yang kehilangan keluarga karena dibawa lari sebagai tawanan musuh, Daud menyingkir, bukan lari. Tapi “mencari kekuatan dari Tuhan”. Sehingga dia mulai bisa berpikir jernih, lalu mengatur strategi untuk merebut kembali setiap tawanan dan bahkan mengalahkan musuh, sampai tuntas.

Dan “quiet time” yang “terpaksa kejadian” malam ini, membuatku mendapatkan kekuatan baru dari Tuhan, seperti Daud.

Aku tidak bisa bertahan dalam kondisi kantor yang ruwet seperti benang kusut. Dengan manajemen yang menurutku tidak lazim karena tidak memiliki komunikasi yang sehat satu sama lain, lebih banyak mengedepankan ‘politik’ karena conflict of interest, lebih suka menyerang dan menjelek-jelekkan orang lain di belakang, dll.

Apa yang akan terjadi di depan, tidak ada 1 orang pun yang tahu, kecuali Tuhan. Jadi aku berharap kepada Tuhan supaya bisa meneladani Daud. Yang ketika masalah bertubi-tubi menghadang, dia mencari Tuhan. Berada dalam momen dimana hanya ada Tuhan bersamanya.

Dua. Koin Di Atas Laptop

Koin di atas laptopMalam hari, karena Papa memilih saluran TV yang sangat bertolak belakang dengan pilihanku, maka aku memilih untuk masuk ke kamar. Maksud hati ingin membaca email atau sekedar menilik akun-akunku di jejaring sosial. Tapi ketika mendekati laptop, aku melihat beberapa koin dalam kantong plastik bening di atasnya.

“Aah… terharu!”

Aku tahu cuma 1 orang yang bisa melakukan itu. Mama… 🙂

Kepeduliannya akan hal-hal kecil, sering membuatku menitikkan air mata. (aku berhenti sejenak ya… air mataku keluar dan harus kuhapus..).

Mama orang yang sangat sederhana. Kata orang Jawa “nggak neko-neko”. Dan aku sangat bersyukur ditempatkan Tuhan menjadi salah satu dari ke-5 anaknya. Kesederhanaannya sangat bersahaja. Membuatku melihat teladan nyata bahwa perjalanan usia ini harus dihidupi dengan sangat bijaksana.

Tidak ada kata lain kecuali “terima kasih” kepada Tuhan untuk keluargaku.

About Inspirations

Hi. I am just an ordinary person who loves to write about life, faith, relationship, and love.
This entry was posted in Daily Journal, Life. Bookmark the permalink.

Leave a comment